Dari Puing Gempa ke Kampung Anggur: Desa Duyu di Palu Bangkit Lewat Reforma Agraria

oleh -21 Dilihat
Sumber: atrbpn.go.id

LIPUTAN BANDUNG – Di tengah kesedihan dan kehilangan pasca gempa 2018, Desa Duyu di Kota Palu tampak sunyi. Warga susah mencari nafkah, banyak yang nganggur, dan harapan terasa suram. Lima tahun kemudian, wajah desa itu berubah total: kebun anggur tumbuh subur di halaman rumah, kelompok usaha berkembang, dan pendapatan warga mulai meningkat. Semua itu bermula ketika Desa Duyu ditetapkan sebagai Kampung Reforma Agraria.

Ibu-Ibu Nggur Jadi Pengusaha Olahan Anggur

Di tengah kebun anggur yang rimbun, Vicky (30) sibuk memeriksa keripik daun anggur yang baru digoreng. Sebagai Ketua Kelompok Usaha Doyou Grape, ia memimpin sekitar 20 anggota yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Kelompok ini memproduksi aneka olahan dari hasil Kebun Anggur Duyu Bangkit: mulai dari keripik dan mie daun anggur, hingga selai dan sirup.

“Dulu ibu-ibu di desa banyak yang cuma duduk di rumah, gak ada kerjaan. Setelah kampung ini jadi Kampung Reforma Agraria dan mulai menanam anggur, kita bentuk kelompok. BPN sering ajak kita ikut pelatihan dari dinas – alhamdulillah sekarang bisa punya penghasilan sendiri,” ceritanya dengan senyum, Selasa (04/11/2025).

Kelompok Doyou Grape berdiri sejak 2021, ketika warga melihat potensi kebun anggur yang tumbuh pesat. Produksi dilakukan di rumah sekretariat kelompok, sedangkan penjualan berdasarkan pesanan. Kadang, mereka diundang BPN atau Pemda untuk memamerkan produk di acara-acara, bahkan ada pesanan yang dibawa ke Jawa sebagai oleh-oleh.

Satu Juta per Panen: Kebaikan dari Enam Pohon Anggur

Manfaat kampung anggur juga dirasakan Ibu Sartini (60), seorang ibu rumah tangga yang mengelola enam pohon anggur – tiga di antaranya adalah bantuan dari program. “Sekali panen, bisa dapat satu juta rupiah,” ujarnya sambil menyentuh batang anggur yang besar dan kokoh.

Meskipun panen bersifat musiman, tambahan pendapatan itu sangat berarti bagi keluarganya. Pembeli datang dari berbagai daerah: Makassar, Gorontalo, hingga Poso. Saat musim panen tiba, halaman rumahnya penuh dengan mobil dan pengunjung yang ingin membeli langsung. “Bangga sekali kampung ini jadi terkenal. Banyak orang datang cuma buat beli anggur kita,” tuturnya malu-malu.

Harapan Tumbuh Seiring dengan Anggur

Dari puing-puing gempa hingga kampung anggur yang produktif, perubahan di Desa Duyu tidak hanya tentang ekonomi – tapi juga tentang harapan. Reforma Agraria memberi ruang bagi warga untuk berkembang, menjadikan kebun kecil di halaman rumah sebagai sumber nafkah dan kebanggaan baru.

“Yang dulunya gak ada harapan, sekarang ada tujuan. Kita bukan cuma menghasilkan buah, tapi juga menumbuhkan semangat untuk bangkit bersama,” ujar Vicky, sambil memandang jauh ke arah kebun anggur yang memanjang.