Sabtu, April 19, 2025
BerandaNASIONALJadi Simbol Penataan Akset Tanah Ulayat, Kementerian ATR/BPN Gelar Aksi Penanaman Pisan...

Jadi Simbol Penataan Akset Tanah Ulayat, Kementerian ATR/BPN Gelar Aksi Penanaman Pisan Cavendish di Bali

LIPUTAN BANDUNG – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menggelar aksi penanaman pisang cavendish bersama masyarakat di lokasi tanah ulayat di Desa Asahduren, Kabupaten Jembrana, Bali pada Jumat (28/02/2025).

Kegiatan yang dilakukan Wakil Menteri ATR/BPN Ossy Dermawan itu merupakan simbolisasi dari Penataan Akses terhadap tanah ulayat pertama di Indonesia.

Menurut Ossy, sertipikat tanah ulayat di Desa Asahduren kini telah memberi dampak lebih bagi masyarakat sekitar.

“Tanah ulayat yang begitu dihargai oleh desa adat, kini dapat dimanfaatkan secara maksimal berkat kerja sama ini. Hal sangat menggembirakan karena masih banyak tanah ulayat yang belum teroptimalisasi dengan baik,” kata Ossy dalam sambutannya.

Diketahui, Desa Asahduren itu sendiri merupakan bagian dari desa-desa adat yang ada di Bali. Pada 2023 lalu, Kementerian ATR/BPN melalui Kantor Wilayah (Kanwil) BPN Provinsi Bali menyerahkan sertipikat tanah ulayat untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat hukum adat yang ada di daerah tersebut.

Agar tanah ulayat tersebut dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat, kini Kementerian ATR/BPN bekerja sama dengan PT Nusantara Segar Abadi (NSA) memberikan akses ekonomi berupa pemberian bibit, bantuan alat pertanian, pendampingan, hingga offtaker dari pisang cavendish yang ditanam.

“Saya berpesan kepada semua, baik masyarakat yang diwakili oleh Bendesa Adat maupun PT NSA, untuk menjalin kolaborasi yang baik,” katanya.

“Kenali keterbatasan masyarakat, bantu mereka semaksimal mungkin, dan sebaliknya, masyarakat juga harus menghormati kesepakatan yang sudah dibuat,” jelasnya.

Direktur Jenderal (Dirjen) Penataan Agraria, Yulia Jaya Nirmawati, pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa penanaman pisang cavendish dilakukan di tanah ulayat seluas 9.800 m² dan melibatkan 900 kepala keluarga.

“Saya harapkan ini menjadi salah satu bentuk pemanfaatan tanah yang optimal sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada,” kata Yulia Jaya.

Yulia menilai, pisang cavendish dipilih karena merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, memiliki permintaan pasar yang stabil, serta teknik budidayanya yang dapat dikelola dengan mudah oleh masyarakat lokal.

“Sehingga, pada akhirnya masyarakat akan menerima nilai manfaat tanah yang tinggi dari produksi pisang tersebut,” ujarnya.***

RELATED ARTICLES

Most Popular