LIPUTAN BANDUNG– Bio Farma Perkuat Ketahanan Kesehatan Global Lewat Kolaborasi dan Transfer Teknologi
Dalam rangkaian World Health Assembly (WHA) ke-78, Bio Farma—sebagai produsen vaksin nasional Indonesia—menegaskan kembali komitmennya untuk memperkuat ketahanan kesehatan global melalui transfer teknologi, kemitraan strategis, dan pengembangan kapasitas produksi vaksin skala besar.
Berbicara dalam side event tingkat tinggi bertajuk “Driving Health Transformation: Promoting Healthy Lives and Wellbeing for All”, Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya menyampaikan perjalanan panjang perusahaan dalam mendukung sistem kesehatan nasional dan kontribusi Bio Farma di tingkat global.
“Bio Farma telah menjadi bagian penting dalam sejarah kesehatan publik, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global. Kami memproduksi 75% vaksin polio dunia dan telah mendistribusikan lebih dari 2 miliar dosis novel oral polio vaccine type 2 (nOPV2) ke lebih dari 40 negara melalui UNICEF,” ujar Shadiq.
Kemitraan jangka panjang menjadi landasan utama keberhasilan Bio Farma, termasuk dengan Jepang sejak 1990-an untuk transfer teknologi vaksin polio, serta dengan MSD dalam produksi vaksin HPV lokal “Lusaka” untuk mendukung program imunisasi nasional dan target eliminasi kanker serviks pada 2030.
Selama pandemi COVID-19, Bio Farma menunjukkan ketangguhan dengan menjadi pusat produksi vaksin regional dan menjalin kolaborasi dengan Baylor College of Medicine untuk mengembangkan vaksin COVID-19 secara lokal. Kini, Bio Farma sedang membangun infrastruktur untuk teknologi vaksin masa depan, termasuk platform vektor virus dan mRNA, sebagai bagian dari inisiatif WHO untuk transfer teknologi global.
Baca Juga: Bio Farma, Mitra Strategis Kepabeanan: Raih Penghargaan Eksportir Terbaik 2024
“Kami percaya bahwa keberhasilan jangka panjang hanya bisa dicapai melalui kemitraan berbasis saling percaya, alih teknologi, dan penguatan kapasitas. Dari pengalaman ini, kami siap menjadi mitra strategis global dalam mewujudkan akses vaksin yang merata—tanpa memandang batas geografi atau status ekonomi,” tambah Shadiq.
Bio Farma berharap momentum pertemuan ini dapat membuka peluang kolaborasi lebih luas antara pemerintah, lembaga internasional, sektor swasta, dan organisasi pembangunan, untuk menciptakan sistem kesehatan dunia yang lebih tangguh, responsif, dan inklusif dalam menghadapi tantangan masa depan.***