LIPUTAN BANDUNG – Penutupan Pasar: Sentimen Global Tekan IHSG ke Level 5.996
Gelombang tekanan kembali menyelimuti pasar saham Indonesia pada penutupan perdagangan hari ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus puas bertahan di kisaran 5.900-an, nyaris tak beranjak dari posisi pembukaan pagi.
Baca Juga: Libur Lebaran Telah Usai, KAI Commuter Wilayah 2 Bandung Angkut 58 Ribu Lebih Pengguna Pada Hari Ini
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan IHSG terkoreksi signifikan sebesar 7,9 persen atau 514 poin, berakhir di level 5.996.
Seiring dengan pelemahan indeks utama, mayoritas saham di bursa juga tertekan.
Tercatat, sebanyak 710 saham mengalami penurunan harga, sementara 215 saham bergerak stagnan, dan hanya 33 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan.
Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam analisisnya pada Selasa (8/4/2025) menyoroti sentimen domestik terkait respons pemerintah terhadap potensi pengenaan tarif oleh Amerika Serikat (AS) yang dinilai belum mampu menenangkan kekhawatiran pasar.
Pelemahan paling dalam dialami oleh sektor bahan baku yang terkoreksi hingga 10,55 persen.
Baca Juga: Terjadi Lonjakan Penumpang, KAI Bandara Mengimbau Penumpang Untuk Datang Lebih Awal
Sektor finansial dan energi juga turut mengalami tekanan jual yang signifikan.
Secara keseluruhan, volume perdagangan hari ini mencapai 22,38 miliar lembar saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 1,42 juta kali.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp20,94 triliun, dengan kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp10,28 triliun.
“Indeks LQ45 yang berisi saham-saham blue chip juga tak luput dari pelemahan sepanjang hari ini. Beberapa saham yang menjadi pemberat utama indeks ini antara lain INCO, MAPI, SMGR, MDKA, dan MBMA,” ungkap Tim Pilarmas.
Pergerakan bursa saham Asia pada hari ini juga menunjukkan tren yang beragam.
Beberapa negara di kawasan Asia mulai mengambil langkah antisipasi terhadap potensi kebijakan tarif dari mantan Presiden AS, Donald Trump, termasuk melalui upaya negosiasi.
Di sisi lain, tensi antara AS dan Tiongkok kembali meningkat setelah Trump melontarkan ancaman pengenaan tarif hingga 50 persen jika Tiongkok tidak mencabut bea masuk yang dikenakannya pada produk AS.
“Tiongkok dengan tegas menolak ultimatum yang dilayangkan Trump dan menyebutnya sebagai tindakan ‘pemerasan’.
Tiongkok menyatakan kesiapannya untuk membela kepentingan nasionalnya,” pungkas Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam penutup analisisnya.