Duka di Tengah Euforia: Pesta Pernikahan Wakil Bupati Garut dan Anak Gubernur Jabar Berujung Maut, 3 Orang Meninggal Dunia

LIPUTAN BANDUNG– Keramaian adalah hal wajar dalam sebuah pesta rakyat. Namun ketika keramaian berubah menjadi kekacauan, risiko keselamatan menjadi taruhan. Itulah yang terjadi dalam pesta pernikahan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina dengan Maula Akbar. Kegiatan yang semula penuh sukacita malah berakhir dengan tiga korban meninggal dunia.

Agenda hiburan rakyat dan pembagian makan gratis digelar di Alun-Alun dan Pendopo Garut. Ribuan warga hadir sejak pagi, bahkan sebelum salat Jumat. Mereka berharap bisa menjadi bagian dari kemeriahan momen istimewa pasangan pejabat tersebut.

Sayangnya, situasi berubah tak terkendali ketika massa mulai memaksa masuk gerbang utama Pendopo. Aparat gabungan dari Polres Garut dan Satpol PP yang berjaga pun tak mampu menahan laju dorongan massa yang semakin beringas.

“Saling dorong. Anak kecil dan orang tua sudah terjepit di depan,” kata Aef, saksi mata.

Kericuhan itu menimbulkan korban jiwa. Tiga orang dinyatakan meninggal dunia, yakni Vania Aprilia (8 tahun), Dewi Jubaeda (61), dan Bripka Cecep Saeful Bahri (39). Selain itu, puluhan orang lainnya sempat mengalami luka-luka ringan dan sesak napas.

Petugas medis yang berjaga bekerja keras mengevakuasi korban, namun padatnya massa mempersulit upaya penyelamatan.

Korban akhirnya dibawa ke RSUD dr Slamet Garut, tempat mereka dinyatakan meninggal dunia.

Sementara di tengah tragedi itu, panggung hiburan di Alun-Alun masih berlangsung.

Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar: di mana empati dan tanggung jawab moral penyelenggara?

Banyak warga merasa acara tidak layak digelar tanpa perhitungan matang.

Keselamatan masyarakat harusnya menjadi prioritas utama dalam setiap agenda publik.

Di media sosial, masyarakat menunjukkan solidaritas dan kemarahan.

Seruan untuk evaluasi besar-besaran bergema di berbagai platform.

Tagar #EvaluasiGarut pun muncul sebagai bentuk protes terhadap buruknya tata kelola acara.

Keluarga korban berharap keadilan ditegakkan. Mereka ingin tragedi ini tidak dianggap sebagai insiden biasa, melainkan peringatan bahwa keselamatan tidak boleh diabaikan demi kemeriahan.

Kepolisian telah mengkonfirmasi akan memanggil pihak panitia penyelenggara.

Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil sikap, termasuk memberikan dukungan moral dan material kepada keluarga korban.

Tragedi ini menjadi luka kolektif bagi warga Garut. Pesta yang seharusnya menjadi kenangan indah, kini meninggalkan duka mendalam yang tak mudah terhapus.***