DRAMATIS! Diselamatkan dengan Ban: Kisah Ibu Hamil yang Dievakuasi Saat Banjir di Jatinegara Jakarta

LIPUTAN BANDUNG– Bencana banjir yang kembali merendam wilayah Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta Timur, pada awal Juli 2025 membawa berbagai cerita dramatis dari lapangan. Hujan deras yang mengguyur ibu kota sejak Minggu siang mengakibatkan Kali Ciliwung meluap dan air merendam permukiman padat penduduk. Banyak warga terjebak di dalam rumah mereka, termasuk seorang ibu hamil yang berada dalam kondisi mendekati proses persalinan.

Ibu hamil tersebut berada di salah satu rumah yang terletak di gang sempit, sehingga menyulitkan akses tim penyelamat. Saat air mencapai ketinggian dada orang dewasa, evakuasi harus dilakukan dengan metode yang tidak biasa. Satuan Brimob Batalyon B Pelopor Polda Metro Jaya bersama personel TNI memutuskan untuk menggunakan ban dalam kendaraan sebagai pelampung darurat.

Menurut AKP Sutarso, Perwira Operasi dari Satuan Brimob, keputusan tersebut diambil karena perahu tidak mungkin melewati gang-gang sempit yang terendam air.

Baca Juga: Link Live Streaming Dangdut Academy 7 Top 40 Grup 5, Senin 7 Juli 2025

Ban menjadi alat paling efektif untuk menyelamatkan korban dalam kondisi darurat seperti ini. Improvisasi ini dilakukan dengan cepat, mengingat situasi di lapangan yang sangat mendesak.

Proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati. Tim SAR menempatkan ban di dekat ibu hamil, kemudian membantunya naik ke atas pelampung sederhana itu.

Dengan perlahan, ban ditarik keluar dari gang sempit sambil menjaga keseimbangan agar korban tidak jatuh ke air. Personel Brimob dan TNI bergantian memastikan kondisi korban tetap aman selama proses berlangsung.

Evakuasi ini berlangsung di tengah guyuran hujan dan arus air yang cukup kuat. Meskipun menggunakan alat seadanya, semangat dan kehati-hatian para petugas di lapangan menjadikan proses penyelamatan ini berjalan sukses.

Setelah berhasil keluar dari gang, ibu hamil langsung dibawa ke titik evakuasi di sebuah gedung SD yang telah disulap menjadi tempat penampungan sementara.

Baca Juga: Telkomsel Percepat Transformasi Digital UMKM Melalui DCE Summit 2025

Di lokasi tersebut, petugas medis telah bersiaga untuk melakukan pemeriksaan awal.

Kondisi ibu hamil dipastikan stabil dan ia segera dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Kejadian ini sontak menjadi perhatian warga dan media lokal karena menyentuh sisi kemanusiaan di tengah bencana alam.

Hingga Senin pagi, lebih dari 250 warga telah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan Brimob dan TNI. Evakuasi dilakukan sejak Minggu sore dan terus berlangsung hingga malam hari karena banyak warga yang masih terjebak di dalam rumah mereka.

Proses evakuasi dilakukan dengan perahu karet di area yang memungkinkan, dan dengan ban atau alat bantu darurat lainnya di lokasi yang sulit dijangkau.

Selain melakukan evakuasi, Brimob juga mendirikan dapur lapangan untuk membantu kebutuhan pangan warga pengungsi. Makanan siap saji disiapkan setiap hari untuk memastikan para korban tetap mendapat asupan gizi yang cukup.

Menu makanan sederhana namun bergizi disediakan tiga kali sehari oleh tim logistik di lapangan.

TNI juga mendistribusikan bantuan logistik seperti air bersih, perlengkapan bayi, dan kebutuhan sanitasi dasar. Sinergi antara TNI dan Brimob menjadi kunci dalam proses penanggulangan bencana ini.

Warga merasa terbantu dan aman berkat kehadiran petugas yang bekerja tanpa kenal lelah di tengah derasnya hujan dan banjir.

Warga yang sebelumnya tidak memiliki akses keluar rumah kini bisa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banyak di antara mereka yang kehilangan harta benda, namun tetap bersyukur karena keselamatan diri dan keluarga menjadi prioritas utama.

Cerita evakuasi ibu hamil menjadi simbol keteguhan semangat tim SAR dalam menyelamatkan nyawa.

Evakuasi dengan ban memang bukan metode yang lazim, namun dalam kondisi darurat, metode seperti ini terbukti efektif dan menyelamatkan.

Kisah ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya memiliki alternatif alat evakuasi untuk lokasi-lokasi sulit seperti gang sempit dan permukiman padat.

Peristiwa ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah daerah untuk lebih serius dalam membenahi sistem drainase kota, khususnya di wilayah rawan banjir seperti Jatinegara.

Penataan ulang kawasan padat penduduk dan pembangunan infrastruktur tangguh sangat diperlukan untuk mengantisipasi bencana serupa di masa depan.

Para relawan dan aparat di lapangan berharap masyarakat bisa lebih siap menghadapi banjir. Sosialisasi evakuasi darurat dan pelatihan kesiapsiagaan bencana perlu digalakkan secara berkala, terutama di kawasan-kawasan yang sering terdampak seperti Kebon Pala.

Meskipun banjir sudah menjadi langganan tahunan bagi sebagian warga Jakarta, penyelamatan ibu hamil dengan ban ini menunjukkan bahwa di tengah keterbatasan sekalipun, nyawa manusia bisa diselamatkan dengan kepedulian dan kerja sama.

Kejadian ini menjadi bukti bahwa kemanusiaan tak pernah surut, bahkan di tengah genangan air yang menenggelamkan rumah dan harapan.