Calon Haji Termuda Cimahi: Asep Sulaeman dan Kalila, Mewakili Semangat Generasi Muda dalam Menunaikan Ibadah Haji

BANDUNG RAYA17 Dilihat

LIPUTAN BANDUNG – Calon Haji Termuda Cimahi: Asep Sulaeman dan Kalila, Mewakili Semangat Generasi Muda dalam Menunaikan Ibadah Haji

Keberangkatan calon haji dari Kota Cimahi pada Sabtu (10/5/2025) menuju Embarkasi Bekasi untuk menunaikan ibadah haji menjadi momen penuh kebahagiaan dan haru. Sejumlah calon haji bersemangat memulai perjalanan spiritual mereka menuju Tanah Suci Mekah.

Di antara mereka, terdapat dua sosok muda yang menjadi perhatian, Asep Sulaeman dan Kalila, yang masing-masing berusia 22 dan 18 tahun. Mereka menjadi bagian dari kelompok jemaah haji yang berangkat di gelombang pertama kloter 21.

Calon Haji Termuda: Asep Sulaeman, Berusia 22 Tahun

Asep Sulaeman, seorang pemuda berusia 22 tahun yang berasal dari Kebon Kopi, Cimahi, mencatatkan dirinya sebagai calon jemaah haji termuda dalam rombongan tersebut. Dengan penuh rasa syukur, Asep mengungkapkan betapa pentingnya momen ini dalam hidupnya.

“Alhamdulillah, setelah menunggu selama lima tahun, akhirnya saya bisa berangkat haji. Ini adalah doa yang lama saya panjatkan, dan saya merasa sangat diberkahi,” ujar Asep dengan wajah penuh kebahagiaan.

Menurut Asep, proses pendaftaran haji yang memakan waktu lama menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, ia sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari rombongan yang diberangkatkan pada tahun ini.

Bagi Asep, ibadah haji bukan hanya tentang perjalanan fisik, melainkan juga sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ia berharap setelah kembali dari Tanah Suci, ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat memberi manfaat bagi orang lain di sekitarnya.

Kalila, Menggantikan Ibu yang Telah Meninggal

Kalila, calon haji berusia 18 tahun, juga menjadi sorotan dalam keberangkatan haji kali ini. Dengan penuh haru, Kalila menceritakan perjalanan panjang keluarganya dalam menunggu giliran untuk berangkat haji.

Keluarga Kalila mendaftar haji pada tahun 2013, dan setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya kesempatan itu datang. Namun, yang membuat perjalanan Kalila berbeda adalah kenyataan bahwa ia harus menggantikan ibunya yang telah meninggal dunia.

“Seharusnya ibu saya yang berangkat haji, tapi karena beliau sudah meninggal, saya menggantikannya. Meskipun berat, saya merasa ini adalah amanah dan tanggung jawab yang harus saya jalankan. Saya berharap bisa mendoakan ibu di Tanah Suci dan mendoakan keluarga kami,” ucap Kalila dengan suara bergetar.

Pengalaman Kalila ini menunjukkan bagaimana perjalanan ibadah haji bisa menjadi sangat personal dan penuh makna. Bagi Kalila, berangkat haji bukan hanya sebuah kewajiban agama, melainkan juga bentuk penghormatan dan doa untuk sang ibu yang telah meninggal.

Menjadi Bagian dari Rombongan Haji Kota Cimahi

Keberangkatan calon haji dari Kota Cimahi kali ini termasuk dalam gelombang pertama kloter 21, yang terdiri dari 435 calon jemaah haji dan tujuh petugas haji.

Momen ini sangat berarti bagi para calon haji, karena setelah sekian lama menunggu, mereka akhirnya bisa menjalani ibadah yang sangat diidam-idamkan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Gelombang pertama ini merupakan salah satu kelompok yang diberangkatkan lebih awal untuk memastikan kelancaran dan keamanan selama perjalanan haji.

Proses pendaftaran haji di Indonesia memang memakan waktu yang panjang, terkadang bisa mencapai 10 hingga 20 tahun. Oleh karena itu, sebagian besar calon haji yang berangkat pada tahun ini umumnya berusia lanjut.

Namun, kehadiran Asep Sulaeman dan Kalila menunjukkan bahwa semangat untuk menunaikan ibadah haji tidak mengenal batasan usia. Bahkan, meskipun usianya masih muda, keduanya telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjalani ibadah haji, yang menjadi simbol penting dalam kehidupan seorang Muslim.

Menunggu Lama, Namun Penuh Berkah

Menunggu giliran untuk berangkat haji memang bukanlah hal yang mudah. Bagi banyak orang, proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan tentu saja penuh dengan tantangan emosional. Namun, bagi mereka yang akhirnya diberi kesempatan untuk berangkat, semua kesabaran itu seolah terbayar dengan berlimpahnya berkah dan kebahagiaan.

Bagi Asep dan Kalila, meskipun perjalanan mereka untuk sampai pada titik ini memakan waktu lama, namun mereka menyadari bahwa kesempatan ini adalah berkah yang tak ternilai.

Setiap langkah perjalanan mereka menuju Tanah Suci akan menjadi kenangan berharga dalam hidup mereka, yang kelak akan mereka kenang sebagai momen penting dalam spiritualitas mereka.

Harapan dari Keberangkatan Haji

Keberangkatan Asep dan Kalila ke Tanah Suci bukan hanya sebuah perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Setiap calon haji memiliki harapan besar untuk mendapatkan haji yang mabrur, yaitu haji yang diterima oleh Allah SWT.

Ini adalah impian setiap Muslim yang ingin membersihkan diri dari dosa dan kembali sebagai pribadi yang lebih baik.

Asep berharap bahwa ibadah haji akan membantunya menjadi lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Sedangkan Kalila, yang menggantikan ibunya, berharap bisa mendoakan ibu dan keluarganya di Tanah Suci dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.

Keberangkatan Asep Sulaeman dan Kalila ke Tanah Suci Mekah menunjukkan bahwa semangat untuk menunaikan ibadah haji tidak mengenal usia. Meskipun menunggu selama bertahun-tahun, mereka akhirnya dapat mewujudkan impian mereka untuk berhaji.

Bagi mereka, ibadah haji bukan hanya sebuah kewajiban agama, tetapi juga perjalanan spiritual yang penuh makna.

Semoga keberangkatan mereka membawa berkah dan menjadikan mereka pribadi yang lebih baik serta membawa manfaat bagi orang lain di sekitar mereka.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *