Konser Piano Perdana Angelique Kezia Chandra ‘Mnemosyne’ Jadi Persembahan Penuh Makna di Bandung

LIPUTAN BANDUNG– Konser Piano Perdana Angelique Kezia Chandra ‘Mnemosyne’ Jadi Persembahan Penuh Makna di Bandung.

Malam penuh harmoni dan cerita mengiringi konser piano perdana Angelique Kezia Chandra bertajuk Mnemosyne: The Artistic Showcase of “The Hidden Memory” di Gedung Bumi Silih Asih, Bandung, Sabtu (16/8/2025). Konser ini bukan hanya sekadar pertunjukan musik, tetapi juga perjalanan artistik seorang pianis muda yang baru menginjak usia 17 tahun.

Sebagai debut besar, konser piano perdana Angelique Kezia Chandra bertajuk Mnemosyne: The Artistic Showcase of “The Hidden Memory” menghadirkan paduan seni lintas medium. Angelique tidak hanya bermain piano, tetapi juga bernyanyi, menampilkan animasi buatannya sendiri, serta mempersembahkan karya tulis orisinal yang menjadi benang merah pertunjukan.

Karya berjudul The Hidden Memory menjadi inti narasi dalam konser piano perdana Angelique Kezia Chandra bertajuk Mnemosyne: The Artistic Showcase of “The Hidden Memory”. Kisahnya mengangkat tokoh bernama Memory, seorang gadis yang meninggalkan kampung halaman demi mengejar seni, namun harus berhadapan dengan kutukan lupa. Melalui musik dan animasi, penonton diajak menyusuri perjalanan emosional penuh dilema antara perpisahan, kehilangan, hingga keberanian untuk melangkah maju.

Menariknya, konser piano perdana Angelique Kezia Chandra bertajuk Mnemosyne: The Artistic Showcase of “The Hidden Memory” digelar tepat di hari ulang tahunnya yang ke-17. Alih-alih pesta meriah, Kezia memilih merayakan momen spesial ini dengan panggung seni yang sarat makna. Ia bahkan menutup konser dengan memberikan donasi pribadi sebesar Rp50 juta kepada Keuskupan Bandung serta menyumbangkan sepatu baru untuk para suster. Aksi berbagi ini disambut meriah dan menambah kesan emosional sepanjang acara.

Kolaborasi menjadi salah satu kekuatan utama dalam konser piano perdana Angelique Kezia Chandra bertajuk Mnemosyne: The Artistic Showcase of “The Hidden Memory”.

Angelique tampil bersama musisi seperti Yohanes Siem, Ruth Wibisono, Glen Yonatan, Stefanus Budianto, serta ibunya sendiri, Linda Chandra.

Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika Angelique dan sang ibu berduet membawakan “Slipping Through My Fingers” karya ABBA, menggambarkan hubungan penuh kasih antara seorang ibu dan anak yang tumbuh dewasa.

Selain karya orisinal, konser ini juga menghadirkan komposisi klasik pilihan, mulai dari Arabesque No. 1 (Claude Debussy), Dolly Suite (Gabriel Fauré), Hungarian Dance No. 5 (Johannes Brahms), hingga Waltz of the Flowers (Tchaikovsky).

Angelique turut menampilkan vokal penuh penghayatan lewat “Nella Fantasia” karya Ennio Morricone dan “I Believe” ciptaan Eric Lévi, sehingga menghadirkan nuansa emosional yang lengkap bagi penonton.

Angelique Kezia Chandra sendiri bukan sosok asing di dunia musik.

Lahir di Singapura pada 14 Agustus 2008, ia sudah mempelajari piano sejak usia empat tahun.

Sejumlah prestasi telah diraihnya, termasuk medali emas dalam kompetisi piano internasional, penghargaan Most Aspiring All-Round Artist, hingga beasiswa penuh di Royal College of Music, Inggris.

Selain bermusik, ia juga aktif di bidang vokal, balet, akting, penulisan, serta merintis bisnis sepatu dengan merek Kezi.

Dalam perjalanan panjang menuju konser ini, dukungan keluarga menjadi fondasi penting.

Linda Chandra, ibunya, tidak hanya hadir sebagai penyanyi duet, tetapi juga produser yang memastikan konser berjalan lancar.

Dengan penuh haru, Linda menyebut konser tersebut sebagai bukti kerja keras putrinya.

“Tugas saya hanya mendampingi, mendoakan, dan memberi ruang baginya untuk bersinar,” ungkapnya.

Bagi Angelique, Mnemosyne bukan sekadar konser perdana, melainkan pernyataan diri. Ia ingin membuktikan bahwa musik mampu menjadi bahasa emosi yang universal.

“Saya berharap lewat konser ini, orang bisa belajar mengekspresikan diri, menemukan makna hidup, dan melihat keindahan dalam setiap pengalaman,” tuturnya.