Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali

oleh -16 Dilihat
Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali
Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali

LIPUTAN BANDUNG – Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali

Di tengah dinamika pariwisata Bali yang semakin mencari keseimbangan antara pertumbuhan dan kelestarian, Sanggraloka Ubud hadir sebagai contoh bagaimana kemewahan, keberlanjutan, dan pemberdayaan masyarakat dapat beriringan. Terletak di Bresela, kawasan yang dikenal sebagai pusat spiritual dan lanskap hijau Ubud, Sanggraloka menawarkan pendekatan baru terhadap hospitality, sebuah model bisnis yang tumbuh dari alam dan pada saat yang sama menumbuhkan kembali kehidupan di sekitarnya.

Sejak soft opening pada Oktober lalu, Sanggraloka Ubud mencatat performa awal yang kuat dengan okupansi rata-rata 58-62 persen.

Menjelang akhir tahun, manajemen menargetkan peningkatan okupansi hingga 65-70 persen, bukan melalui diskon agresif, melainkan lewat strategi yang memperkaya pengalaman tamu dengan program wellness di pertengahan pekan.

Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali
Sanggraloka Ubud Menggerakkan Pariwisata Berkelanjutan dari Jantung Bali
Tak kalah istimewa, tamu bisa langsung turun ke Sungai Oos untuk melukat (pembersihan diri secara spiritual khas Bali), mengikuti sesi yoga, meditasi dan terapi sound bath, atau sekadar bermain air di air terjun. Selain itu, rangkaian farm- to-table dinner serta aktivitas romantis juga disiapkan untuk mendorong tamu memperpanjang lama
menginap.

Baca Juga:Menaklukkan Pasir Datar: Sensasi Wisata Off Road di Kaki Gunung Galunggung yang Bikin Deg-degan

Preferensi ini juga tercermin dalam dinamika pasar pariwisata nasional dan regional, yang menunjukkan peningkatan minat terhadap destinasi yang menawarkan ketenangan, kedekatan dengan alam, dan pengalaman yang autentik. Indonesia mencatat 11,43 juta kunjungan wisatawan mancanegara dari Januari hingga September 2025, tumbuh 10,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan diproyeksikan menembus 14-15 juta kunjungan pada akhir tahun.

Ternyata, Bali menyumbang sekitar 5,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada periode tersebut yang kian menegaskan posisinya sebagai episentrum pariwisata nasional.

Laporan Booking Sustainable Travel Report 2024 menunjukkan bahwa semakin banyak wisatawan global yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan, memilih perjalanan yang lebih dekat dengan alam, serta mencari pengalaman yang autentik dan berdampak positif bagi komunitas lokal, termasuk di segmen luxury traveler.

Tren global juga memperkuat arah ini yang menunjukkan bahwa Asia sebagai tujuan utama retreat dan perjalanan pemulihan diri.

Kombinasi tren ini menjadikan Sanggraloka Ubud berada pada posisi strategis sebagai destinasi yang selaras dengan preferensi wisatawan yang semakin mencari pengalaman eco-luxury dan wellness retreat
berbasis budaya. Sejalan dengan fokus pemerintah dalam memperkuat wellness dan cultural tourism sebagai diferensiasi Indonesia di pasar global, Sanggraloka berada pada jalur pertumbuhan yang konsisten dengan arah industri dan kebutuhan wisatawan modern.

Baca Juga:Berwisata Naik Kereta Api: Famtrip Railways Scenic Panoramic Bangkitkan Kembali Pesona Garut–Tasikmalaya

Perubahan lanskap permintaan ini tidak hanya tercermin pada pola okupansi, tetapi juga pada cara Sanggraloka membangun nilai komersial melalui pengalaman yang melampaui akomodasi semata.

Pendapatan non-kamar juga menunjukkan struktur yang berbeda dari resort premium kebanyakan, dengan 34–38 persen revenue datang dari wellness, kuliner, dan event boutique, mulai dari sesi sound healing di tepi sungai, kelas memasak dari hasil kebun organik, hingga pernikahan intim di Anandam Chapel.

Pada semester pertama 2026, Sanggraloka menargetkan seperempat total pendapatannya berasal dari wellness dan event melalui paket terkurasi dan kolaborasi dengan operator retreat global serta spesialis micro-wedding.

“Kami percaya bahwa pariwisata tidak harus memilih antara pertumbuhan dan keberlanjutan. Sanggraloka membuktikan bahwa bisnis yang dijalankan dengan menghormati alam dan budaya justru menciptakan loyalitas tamu, nilai ekonomi yang lebih kuat, dan hubungan jangka panjang dengan komunitas. Tujuan kami bukan hanya membangun resort, tetapi ekosistem yang menyehatkan tanah, memberdayakan masyarakat, dan menjaga warisan Bali tetap hidup,” ujar I Wayan Lanus, Direktur dan
Partner Sanggraloka Ubud, didampingi Komang Kariyana, General Manager Sanggraloka Ubud sekaligus CEO Manggala International Hospitality

Menjaga Alam, Menguatkan Komunitas, dan Mendorong Ekonomi Lokal

Di balik pengalaman tamu yang menenangkan, Sanggraloka menjalankan sistem keberlanjutan operasional yang terukur.

Limbah dipilah dan dikelola agar sebagian besar dapat dikomposkan atau didaur ulang, sementara penggunaan air dan energi dioptimalkan melalui pengelolaan greywater, pemanenan air hujan, dan efisiensi peralatan. Upaya ini selaras dengan kerangka GSTC (Global Sustainable Tourism Council) dan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) yang diterapkan melalui komite internal dan indikator terukur seperti pengurangan pemakaian air per guest-night, pengalihan sampah dari TPA minimal 70 persen, penurunan intensitas energi hingga 10 persen per
tahun, serta pemantauan biodiversitas melalui indeks burung dan kupu-kupu di jalur Forest Path.

Lebih dari 70 persen tenaga kerja berasal dari Bresela dan Payangan, mendapatkan pelatihan hospitality berbasis budaya dan praktik ramah lingkungan. Rantai pasok juga diprioritaskan dari komunitas sekitar
meliputi petani, perajin, dan pemandu budaya dengan perputaran ekonomi lokal yang diproyeksikan mencapai Rp 1,2 miliar – Rp 1,6 miliar per tahun saat resort mencapai kapasitas penuh.

Dengan operasional yang efisien, diversifikasi pendapatan, dan keterlibatan ekonomi lokal yang terukur, Sanggraloka menjadi contoh bagaimana model hospitality dapat menciptakan nilai komersial sekaligus sosial.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya memenuhi ekspektasi pasar modern, tetapi juga memperkuat daya saing, loyalitas tamu, dan stabilitas bisnis jangka panjang.

“Di tengah transformasi industri pariwisata yang menuntut diferensiasi dan tanggung jawab, Sanggraloka Ubud hadir sebagai luxury resort pilihan terbaik di Bali yang berkembang tanpa melepaskan akarnya pada komunitas dan lingkungan yang mendukungnya,” pungkas I Wayan Lanus.