Dari Lorong Sempit Bandung ke Pasar Global: Bagaimana IM3 dan HiFi Air Menghubungkan Jersey Bola Bayi Lokal ke Dunia

oleh -8 Dilihat
Dari Bandung ke Pasar Global: Bagaimana IM3 dan HiFi Air Menghubungkan Jersey Bola Bayi Lokal ke Dunia
Dari Bandung ke Pasar Global: Bagaimana IM3 dan HiFi Air Menghubungkan Jersey Bola Bayi Lokal ke Dunia

LIPUTAN BANDUNG – Bandung bukan hanya dikenal sebagai kota kreatif dan pusat gaya hidup, namun juga menjadi rumah bagi banyak usaha kecil yang lahir dari hobi dan bermimpi menjadi besar. Salah satunya adalah jerseybolabayi, usaha ritel yang fokus memproduksi bodysuit dan jumper bayi bertema sepak bola ternyata dari lorong sempit di Cibaduyut Kabupaten Bandung. Usaha yang dimulai sejak 2012 ini tumbuh bukan hanya karena kreativitas, tetapi karena konektivitas digital yang menjadi penghubung antara mimpi dan pasar.

Kisah ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana layanan digital Indosat seperti IM3, Tri, dan koneksi HiFi Air tidak hanya menghadirkan jaringan, tetapi membuka peluang baru bagi UMKM untuk bertahan, berkembang, dan menembus pasar global. Bagi brand UMKM kecil seperti jerseybolabayi, konektivitas bukan sekadar alat komunikasi—ia adalah fondasi bisnis.

Dari Bandung ke Pasar Global: Bagaimana IM3 dan HiFi Air Menghubungkan Jersey Bola Bayi Lokal ke Dunia
Dari Bandung ke Pasar Global: Bagaimana IM3 dan HiFi Air Menghubungkan Jersey Bola Bayi Lokal ke Dunia

“Tanpa internet yang stabil, usaha kami pernah berhenti total. Kini, justru konektivitas membantu kami mengekspor produk ke berbagai negara,” ujar Fagi pemilik usaha jerseybolabayi.

Baca Juga: Indosat dan SMK Walang Jaya Perkuat Model Pembelajaran Berbasis Praktik Lewat Inisiatif Kios

Awal Usaha: Ketika Biaya Sewa Toko Membatasi Mimpi

Ketika memulai usaha di tahun 2012, pilihan saluran distribusi masih sangat terbatas. Marketplace belum berkembang, media sosial belum sebesar sekarang, dan mayoritas penjualan hanya mungkin dilakukan melalui toko fisik.

Untuk berkembang, ternyata harus menyewa toko di lokasi strategis, dan itu berarti biaya besar.

“Biaya sewa toko di Bandung cukup tinggi, apalagi di lokasi yang ramai. Untuk ukuran bisnis kecil yang baru mulai, ini jadi beban besar untuk cash flow,”ujar Fagi.

Dalam fase awal, modal bukan hanya dihabiskan untuk produksi, material, dan logistik, tetapi juga biaya operasional toko yang menjadi ujung tombak penjualan. Fagi menyebut, biaya tersebut berkontribusi besar terhadap lambatnya skala pertumbuhan.

Baca Juga: Indosat Perluas Jangkauan di Jawa Barat, Dorong Konektivitas Andal dan Inklusif Lewat Kolaborasi Lokal Jawa Barat

Tanpa platform digital yang kuat, mereka bergantung pada traffic kaki—dan itu artinya bisnis hanya sebesar orang yang lewat di sekitar toko.

Di tahun-tahun awal, jerseybolabayi mengandalkan toko fisik untuk menjual produk. Lokasinya harus strategis di Bandung, dan itu berarti biaya sewa tinggi serta risiko finansial besar.

Fagi mulai mencoba penjualan online lewat Kaskus dan Tokobagus (sekarang OLX), namun prosesnya sangat manual:

  • pelanggan harus chat lewat BBM
  • transfer dilakukan manual
  • konfirmasi pembayaran dilakukan satu per satu
  • pengiriman dilakukan setelah verifikasi manual
  • Belum ada marketplace dengan struktur otomatis seperti sekarang.

Koneksi Lemah = Usaha Lumpuh Berhari-Hari

Meskipun internet sudah ada, digitalisasi komersial pada 2012 belum matang. Platform e-commerce belum otomatis, integrasi pembayaran masih manual, dan penjual harus melakukan hampir semua hal secara personal.

jerseybolabayi pun memulai langkah digital pertamanya melalui Kaskus dan Tokobagus (sekarang OLX). Namun, alur transaksinya panjang dan tidak terintegrasi:

Calon pembeli melihat katalog

Menghubungi penjual lewat kontak manual—saat itu BBM

Konfirmasi harga & ongkos kirim dilakukan chat satu per satu

Pembayaran dilakukan transfer bank manual

Penjual menunggu bukti transfer

Pengiriman dilakukan setelah verifikasi

“Masa itu seru karena komunikasi personal membuat kita dekat dengan pembeli, tapi dari sisi bisnis, prosesnya sangat lama dan ribet,” kata Fagi sambil tertawa mengenang awal perjalanan digitalnya.

Meski terbatas, fase ini membangun pondasi kepercayaan pelanggan awal—hubungan personal yang jadi modal brand.

Karena proses transaksi tergantung internet, gangguan jaringan di masa awal sangat berdampak:

  • komunikasi terhambat
  • pesanan stop masuk
  • pengiriman tertunda
  • omzet turun drastis

Saat itu, pilihan provider internet masih terbatas dan koneksi tidak stabil. Ketersediaan jaringan menjadi faktor hidup-mati usaha.

Titik Balik: Memilih IM3 & HiFi Air untuk Konektivitas Bisnis

Penggunaan layanan Indosat sebenarnya sudah dimulai sejak 2011, jauh sebelum bisnis berkembang besar. Saat itu, IM3 digunakan untuk komunikasi via BBM yang menjadi jalur transaksi.

Seiring berkembangnya teknologi dan kebutuhan mobilitas bisnis, jerseybolabayi mulai mengandalkan HiFi Air dari Indosat Tri, terutama saat menghadiri bazar dan pameran.

“HiFi Air sangat membantu karena bisa dibawa ke mana-mana. Saat kami ikut event atau pameran, koneksi jadi stabil dan transaksi tetap jalan,” jelas Fagi.

Koneksi stabil menjadi pondasi otomatisasi:

Upload produk cepat

Balas chat real-time

Live update stok marketplace

Upload foto/video kualitas tinggi

Jika dulu komunikasi mengandalkan pesan manual satu-satu, kini setiap kegiatan bisa dilakukan simultan dan otomatis.

Sejak 2011, IM3 digunakan sebagai jalur komunikasi pesanan BBM. Kini, koneksi bisnis mereka ditopang oleh layanan HiFi Air dari Indosat Tri, terutama saat mengikuti pameran dan bazar.

  • portabel (dibawa saat event)
  • lebih stabil
  • lebih cepat untuk upload konten produk
  • Internet stabil bukan sekadar kebutuhan—ia menjadi katalis efisiensi dan konversi penjualan.

Transformasi Digital Total: Dari Stok hingga Layanan Pelanggan

Setelah marketplace berkembang, jerseybolabayi beralih ke model operasional digital penuh. Semua proses kunci kini bergantung pada konektivitas:

✔ Marketplace sebagai kanal penjualan utama

order otomatis

pembayaran terintegrasi

label pengiriman auto-print

tracking resi otomatis

✔ WhatsApp Business untuk layanan satu pintu

“WhatsApp Business jadi tulang punggung komunikasi dengan pelanggan. Fast response itu penting untuk konversi,” kata Fagi.

✔ Konten Sosial sebagai Branding

Brand kini aktif di:

Instagram

Facebook

Video promosi & live streaming

Untuk efisiensi, beberapa tim kreatif di-outsourcing.

Era Marketplace dan Lonjakan Permintaan

Selain media sosial, platform marketplace menjadi pilar penting dalam distribusi produk. Pemasaran yang dulu serba manual kini lebih terstruktur melalui kehadiran toko resmi, katalog tersusun, serta sistem pembayaran dan logistik yang terintegrasi.

Marketplace juga membuka kesempatan untuk menjangkau pelanggan baru yang bukan hanya pencinta sepak bola, tetapi juga orang tua yang mencari kado bayi unik. Produk seperti set jersey bayi dan paket gift box menjadi favorit pembeli.

“Dulu banyak orang beli buat anaknya sendiri. Sekarang banyak juga yang beli buat kado kelahiran. Mereka bilang ini lebih memorable dibandingkan hadiah popok atau selimut biasa,” kata Fagi.

Transformasi ini juga mendorong brand untuk memperbaiki proses produksi agar lebih efisien dan konsisten. Jika awalnya hanya mengandalkan satu konveksi kecil, kini Jerseybolabayi bekerja sama dengan lebih banyak mitra produksi lokal di Bandung.

Dalam proses ini, Fagi tetap memastikan kualitas bahan, pola jahitan, dan hasil cetak sablon dijaga dengan ketat. “Saya selalu percaya kualitas adalah investasi jangka panjang. Orang tua sekarang pintar memilih, dan mereka mau bayar lebih untuk produk yang aman dan nyaman buat bayi,” ujarnya.

Komunitas sebagai DNA Brand

Keberhasilan Jerseybolabayi tidak bisa dilepaskan dari hubungan yang terbangun dengan komunitas suporter. Di Bandung, hubungan dengan budaya Persib sangat kuat, namun brand ini tumbuh dengan pendekatan inklusif — merangkul fans klub lokal maupun internasional.

Jerseybolabayi bersifat tematik, bukan fan-based eksklusif pada satu klub, sehingga mampu menembus ceruk pasar yang lebih luas. “Bola itu milik semua orang. Saya ingin brand ini jadi wadah ekspresi, bukan sekadar merchandise satu klub,” jelas Fagi.

Namun, kedekatan dengan komunitas tidak hanya hadir pada tingkat emosional, tetapi juga dalam bentuk kolaborasi. Jerseybolabayi beberapa kali terlibat dalam kegiatan komunitas suporter, acara nonton bareng, hingga penggalangan dana melalui penjualan edisi khusus.

“Saya percaya kalau brand ikut kembali memberi kepada komunitas yang mendukungnya, maka hubungan itu akan terus hidup,” katanya.

Media Sosial dan Konten Personal

Hal lain yang membuat brand ini unik adalah kehadiran narasi personal dalam konten. Alih-alih fokus pada promosi hard-selling, konten Jerseybolabayi sering menampilkan kisah bayi yang memakai jersey pertama mereka, keluarga yang menonton pertandingan bersama, atau testimoni pelanggan yang mengaitkan produk dengan momen spesial.

Pendekatan ini menciptakan emotional marketing yang kuat. Ketika orang tua melihat bayi lain memakai jersey kecil, mereka tidak hanya melihat produk, tetapi membayangkan momen serupa pada keluarganya sendiri.

“Banyak pelanggan ngirim foto dan cerita ke saya. Ada yang bilang, ‘Ini foto pertama anak saya ke stadion,’ atau ‘Ini baju pertama buat anak pertama kami.’ Itu membuat saya merasa bisnis ini punya dampak,” ungkap Fagi.

Konten user-generated seperti ini menjadi aset pemasaran alami yang meningkatkan kepercayaan dan engagement tanpa biaya besar. Ditambah dengan tren bayi dan parenting di media sosial yang terus berkembang, Jerseybolabayi berada di ekosistem pasar yang tepat.

Tantangan Usaha, Produksi, dan Strategi Menjaga Kualitas (±1.500 kata)

Meski kini dikenal sebagai salah satu pelopor produk bayi bertema sepak bola di Indonesia, perjalanan Jerseybolabayi bukan tanpa rintangan. Memasuki dunia fashion anak adalah tantangan tersendiri, apalagi dengan segmen spesifik seperti pakaian bayi bertema bola yang memerlukan perhatian ekstra terhadap detail teknis sekaligus estetika. Mulai dari regulasi material, kenyamanan kain, perbedaan standar ukuran bayi, hingga dinamika tren olahraga—semuanya menuntut strategi bisnis yang matang.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Fagi di awal perjalanan adalah soal edukasi pasar. Ketika brand ini mulai berdiri di tahun 2012, pasar pakaian bayi bertema olahraga di Indonesia belum berkembang. Banyak calon pembeli masih menganggap jersey mini sebagai gimmick foto, bukan produk fungsional yang bisa dipakai sehari-hari.

“Dulu banyak orang melihatnya hanya sebagai pakaian lucu, bukan baju bayi yang nyaman,” cerita Fagi. “Saya harus meyakinkan bahwa produk ini bukan sekadar miniatur jersey, tapi pakaian bayi yang standar kualitasnya sama dengan merek babywear pada umumnya.”

Untuk mencapai itu, desain harus melalui riset pola bayi agar tidak membatasi gerak, sablon harus aman bagi kulit, dan bahan harus lembut, breathable, serta tidak menimbulkan iritasi. Di tahap awal, banyak trial-and-error dilakukan, termasuk mengganti jenis bahan, menyesuaikan panjang kancing, hingga tipe benang.

Kesulitan Produksi: Antara Kreativitas dan Standar Teknis

Produksi pakaian bayi memiliki standar ergonomi yang berbeda dengan fashion dewasa. Memastikan keamanan menjadi faktor prioritas. Misalnya, ornamen kecil harus dihindari karena bisa membahayakan, sedangkan desain bertema sepak bola sering kali identik dengan emblem dan detail grafis.

Untuk menyiasati hal itu, Jerseybolabayi menggunakan teknik visual yang aman, seperti sablon water-based, bahan yang dilaminasi lembut, atau desain grafis printed tanpa tambahan aksesori fisik. Menurut Fagi, keputusan ini bukan sekadar mengikuti regulasi, tetapi bentuk tanggung jawab moral kepada pelanggan.

“Saya selalu bilang, bayi itu bukan objek fashion, tapi individu yang harus dijaga kenyamanannya. Produk ini boleh lucu dan keren, tapi yang utama adalah aman,” tegasnya.

Dalam proses produksi, Fagi bekerja sama dengan beberapa konveksi lokal di Bandung. Kota ini menjadi ekosistem yang ideal karena punya rantai pasok tekstil lengkap, mulai dari pemasok kain, penjahit, hingga percetakan sablon.

Namun, bekerja dengan mitra produksi juga memiliki tantangan, terutama dalam menjaga konsistensi kualitas di setiap batch. Fagi mengaku sering turun langsung melakukan pengecekan untuk memastikan standar tetap terjaga.

“Kadang ada warna kain yang sedikit berubah dari batch sebelumnya, atau jahitan yang kurang rapi. Saya harus cek satu-satu karena ini menyangkut kenyamanan bayi. Itu butuh tenaga ekstra, tapi saya nggak mau kompromi,” ungkapnya.

Persaingan dan Tiruan Produk di Pasar

Seiring berkembangnya brand, muncul pula pemain baru yang mencoba masuk ke pasar serupa. Beberapa bahkan meniru ide visual, desain, hingga konsep branding. Fenomena ini lumrah dalam industri kreatif, namun bagi UMKM, bisa jadi tantangan serius.

Alih-alih merasa tersaingi, Fagi melihatnya sebagai validasi pasar.

“Kalau orang meniru, berarti pasar yang kita buka itu memang punya potensi,” katanya bijak. “Tapi keunggulan brand bukan cuma dari desain, tapi dari hubungan dengan pelanggan dan kualitas konsisten. Itu yang saya jaga.”

Untuk membedakan diri dari kompetitor, Jerseybolabayi fokus pada:

Kenyamanan material premium

Desain original hasil riset internal

Cerita brand yang kuat dan emosional

Kualitas produksi berstandar pakaian bayi, bukan jersey replika

Keunggulan emosional menjadi faktor pembeda paling besar. Brand ini tidak menjual pakaian bertema bola, melainkan pengalaman menjadi orang tua fans sepak bola.

Pandemi dan Lonjakan Penjualan Secara Online

Seperti banyak pelaku UMKM lainnya, pandemi COVID-19 membawa tantangan sekaligus peluang. Dengan berkurangnya aktivitas luar rumah, perhatian masyarakat beralih ke aktivitas keluarga dan belanja online. Banyak orang tua mulai mendokumentasikan tumbuh kembang anak di rumah lewat media sosial—tren ini menjadi katalis bagi penjualan produk bayi estetik, termasuk tema olahraga.

“Di masa pandemi, banyak pelanggan beli untuk foto keluarga di rumah atau offline match yang berubah jadi nonton bareng di rumah. Produk ini jadi bagian dari kenangan itu,” ujar Fagi.

Pergeseran kebiasaan ini membuat Jerseybolabayi memperkuat digitalisasi, termasuk optimasi katalog marketplace, sistem stok, hingga layanan chat yang lebih responsif.

Pandemi juga mengajarkan fleksibilitas produksi. Ketika beberapa mitra konveksi harus menghentikan operasi sementara, Fagi mencari alternatif sambil menjaga hubungan baik. Ia memilih strategi adaptif agar bisnis tetap berjalan tanpa mengorbankan kualitas.

Komitmen pada Kualitas sebagai Pilar Utama

Terlepas dari perkembangan tren, Fagi percaya satu hal: kualitas adalah pondasi keberlanjutan. Baginya, produk bayi harus dibuat dengan standar maksimal, dan brand harus punya kepekaan terhadap kebutuhan anak serta orang tua.

“Bayangkan orang tua mengabadikan momen pertama anak pakai jersey kecil, lalu kalau bahannya kasar atau bikin gatal, itu mengganggu pengalaman emosionalnya. Saya nggak mau produk saya jadi sumber kecewa,” tegasnya.

Pendekatan ini membuat banyak pelanggan kembali berbelanja, terutama ketika mereka memiliki anak kedua atau memberi rekomendasi kepada teman dan kerabat. Customer loyalty tumbuh bukan karena hype, tetapi rasa percaya.

Momen Emosional, Pelanggan, dan Transformasi Berkat Digitalisasi

Jika produk adalah identitas sebuah usaha, maka cerita pelanggan adalah nyawa yang membuatnya hidup. Bagi Jerseybolabayi, perjalanan bisnis bukan hanya soal menjual pakaian, tetapi menjadi bagian dari momen keluarga yang bersifat personal, emosional, dan sering kali penuh makna. Di sinilah transformasi digital memainkan peran besar—bukan hanya memperluas pasar, tetapi juga menghubungkan pengalaman-pengalaman kecil yang beresonansi lintas kota, bahkan lintas negara.

Fagi menyadari bahwa sebagian besar pelanggan membeli produk bukan semata karena desain, tetapi karena representasi identitas. Banyak orang tua adalah fans klub sepak bola sejak kecil, lalu kini menjadi orang tua muda yang ingin mewariskan kecintaan itu pada anak mereka. Produk kecil seperti jumper klub menjadi medium untuk membentuk memori bersama.

“Saya sering bilang, produk ini bukan cuma jersey. Ini memori pertama anak dengan dunia sepak bola dan identitas keluarganya,” tutur Fagi. “Dan itu yang bikin saya merasa produk ini punya makna lebih dari sekadar tekstil.”

Dari Bandung ke Dunia: Cerita Pelanggan yang Menyentuh

Salah satu cerita yang paling Fagi ingat datang dari pelanggan diaspora di luar negeri. Seorang ayah asal Indonesia yang tinggal di Qatar memesan romper bertema timnas. Ia ingin memotret anak pertamanya memakai jersey Indonesia saat menonton pertandingan Piala Asia dari rumah.

“Dia bilang, anaknya lahir di luar negeri, dan melalui jersey kecil ini dia ingin mengenalkan Indonesia sejak dini,” kata Fagi.

Momen itu sederhana—hanya sepotong pakaian bayi—tetapi efek emosionalnya besar. Produk menjadi jembatan identitas budaya, sejarah keluarga, sekaligus memori diaspora.

Cerita lain datang dari keluarga pendukung klub lokal di Bandung.

“Ada pelanggan yang bilang, ‘Kak, ini baju pertama anak aku buat nonton Persib di GBLA. Meskipun masih bayi, aku pengen dia punya foto sejarah pertama bareng kita’,” kenang Fagi dengan senyum.

Menurutnya, momen-momen seperti inilah yang membuat semua perjalanan bisnis terasa layak. “Itu bukan sekadar repeat order, tapi kepercayaan emosional,” ucapnya.

Digitalisasi Mengubah Cara Produk Hadir ke Pelanggan

Dulu, saat transaksi masih berlangsung manual melalui BBM dan forum komunitas, pelanggan hanya mengenal brand melalui interaksi personal. Kini, melalui konektivitas digital, hubungan itu lebih luas namun tetap bersifat emosional berkat kehadiran platform yang interaktif.

Instagram membangun storytelling visual

Marketplace memastikan transaksi cepat dan aman

WhatsApp Business memberi ruang komunikasi personal

HiFi Air memastikan koneksi stabil saat pameran dan event

“Sekarang pelanggan bisa langsung chat, pilih ukuran, cek stok, bayar otomatis, dan paket langsung dikirim. Dulu semua lewat ketik manual satu-satu,” ujar Fagi sambil mengenang masa awal.

Ia menambahkan bahwa koneksi stabil—khususnya saat menggunakan layanan HiFi Air saat event offline—sangat penting.

“Kalau lagi pameran, internet harus kencang. Ada banyak momen di mana pembeli bisa batal kalau koneksi lemot. HiFi Air itu jadi penyelamat di lapangan,” tegasnya.

Dampak Digitalisasi: Dari UMKM Kecil Menjadi Brand yang Scaling

Salah satu dampak paling besar dari go-digital adalah percepatan ekspansi pasar. Kini, Jerseybolabayi tidak hanya melayani pembeli dari Bandung atau Jawa Barat, tapi dari berbagai kota Indonesia dan negara lain.

Koneksi internet membuka pintu ekspor organik—tanpa distributor atau agen—melalui pesan langsung via sosial media atau marketplace tertentu.

“Kalau nggak ada koneksi stabil, mungkin pesanan luar negeri nggak akan terjadi. Bayangkan transaksi jarak jauh dengan selisih waktu, kalau slow response pasti pembeli pindah. Sekarang real-time,” jelasnya.

Transaksi digital juga berdampak langsung pada omzet. Dibanding saat mengandalkan toko fisik dan transaksi manual, Fagi menyebut peningkatan penjualan mencapai sekitar 80% setelah go-digital.

“Lompatan itu terjadi bukan karena saya jualan lebih banyak model, tapi karena pasarnya terbuka lebih luas. Internet membuat kami ada di radar orang,” ungkapnya.

Transformasi dari Bisnis Sederhana Menjadi Ekosistem Pekerjaan

Digitalisasi bukan hanya soal penjualan dan pemasaran, tetapi juga membuka peluang kerja baru—baik internal maupun kolaboratif. Karena permintaan konten meningkat, brand harus menampilkan produk melalui foto lifestyle, katalog, dan video.

Untuk itu, Fagi membuka ruang kolaborasi dengan:

konten kreator lokal

fotografer bayi

model bayi

tim live streaming (outsourcing)

“Dulu saya foto sendiri, sekarang kita punya tim kreator dan tim live, meskipun bukan internal full-time. Ini membuka rezeki dan perputaran ekonomi baru,” katanya.

Lebih jauh, ia melihat digitalisasi bukan hanya menguntungkan bisnisnya, tapi memperkuat ekosistem UMKM daerah.

Peran Konektivitas dalam Ketahanan Bisnis Saat Krisis

Masa pandemi menjadi turning point terbesar bagi Jerseybolabayi. Ketika mobilitas dibatasi dan toko fisik tutup, penjualan online justru meningkat.

“Saat banyak usaha kelimpungan, kami justru naik. Bukan karena kami lebih hebat, tapi karena fondasi digital sudah dibangun dari awal dan koneksi internet mendukung,” jelas Fagi.

Koneksi stabil memungkinkan:

live chat tetap berjalan meski WFH

produksi tetap dikelola remote

stok di-update real time

koordinasi logistik tanpa tatap muka

Tanpa fondasi digital, ia yakin bisnis tidak akan bertahan.

“Kalau hanya mengandalkan toko fisik, mungkin sekarang brand ini tinggal kenangan,” ucapnya pelan.

Kemenangan UMKM & Transformasi Digital

Perjalanan jerseybolabayi tidak hanya menjadi kisah tentang kreativitas dalam menghadirkan produk unik untuk bayi bertema sepak bola, tetapi juga bukti nyata bahwa UMKM mampu naik kelas ketika diberikan akses dan dukungan digital yang tepat. Melalui pemanfaatan teknologi pemasaran online, layanan konektivitas, hingga pemanfaatan platform transaksi digital, usaha yang dirintis Fagi sejak 2012 kini menjelma menjadi brand ritel bayi bertema sepak bola yang dipercaya pelanggan di seluruh Indonesia.

Fagi menyampaikan kebanggaannya bisa menjadi bagian dari ekosistem UMKM yang terus terdorong maju, khususnya oleh program pemberdayaan digital dari Indosat Ooredoo Hutchison.

“Buat saya, kemenangan itu bukan hanya soal omzet naik. Tapi ketika usaha kecil seperti kami diperhatikan, didukung, dan diberikan akses digital yang memudahkan kami berkembang. Indosat telah membantu kami terhubung ke lebih banyak pelanggan, membuka peluang yang sebelumnya sulit kami jangkau,” ucap Fagi.

Melalui dukungan layanan IM3 dan Tri, Indosat menghadirkan koneksi digital yang semakin memperkuat daya saing UMKM seperti jerseybolabayi. Transformasi ini menjadi bukti bahwa adopsi digital bukan sekadar tren, melainkan pondasi penting untuk pertumbuhan berkelanjutan.

“Sekarang kami bisa kirim produk ke seluruh Indonesia, bahkan ada pelanggan dari luar negeri yang tertarik. Itu semua karena kami bisa online, bisa terhubung dengan lancar, dan bisa memasarkan produk kapan pun,” tambahnya.

Kisah sukses jerseybolabayi menjadi contoh bahwa UMKM Indonesia mampu unggul di tengah persaingan, ketika kreativitas berpadu dengan inklusi digital. Dan dengan semakin kuatnya kolaborasi pelaku usaha dan penyedia layanan telekomunikasi, kemenangan UMKM bukan lagi mimpi—melainkan sebuah kenyataan yang terus tumbuh, berkembang, dan akan melahirkan banyak inspirasi baru bagi generasi pebisnis masa depan.