LIPUTAN BANDUNG – Jawa Barat Genjot Program Keluarga Berencana sebagai Strategi Jitu Tekan Angka Stunting Secara Sistemik
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus menggencarkan berbagai upaya dalam menurunkan angka stunting di wilayahnya. Salah satu strategi utama yang kini tengah difokuskan adalah perluasan jangkauan Program Keluarga Berencana (KB) sebagai langkah awal mengatasi akar permasalahan gizi kronis pada anak. Pendekatan ini dinilai lebih sistematis dan berkelanjutan dalam menciptakan generasi sehat di masa depan.
Dalam kegiatan bertajuk *“Satukan Langkah, Wujudkan Keluarga Bebas Stunting Menuju Jawa Barat Istimewa”*, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, dr. Siska Gerfianti, menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap peran vital KB. Acara ini berlangsung di Aula Kujang BPSDM Jabar, Kota Cimahi, pada Kamis, 26 Juni 2025.
Baca Juga: Quick Wins Kemendukbangga Jadi Pesan Utama Harganas 2025
Menurut dr. Siska, masih banyak keluarga di Jawa Barat yang memiliki anak dalam jumlah besar, mencapai lima hingga tujuh orang. Dalam situasi seperti ini, orang tua kerap kewalahan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, mulai dari gizi hingga pola asuh yang memadai. “Dengan jumlah anak yang terlalu banyak, distribusi perhatian dan nutrisi menjadi tidak optimal. Ini menjadi salah satu penyebab utama stunting,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa tiga pilar penting dalam pencegahan stunting yaitu pola makan sehat, pengasuhan yang baik, dan lingkungan yang bersih, akan sulit diwujudkan bila orang tua tidak memiliki cukup kapasitas dalam mengelola keluarga besar.
Peningkatan cakupan KB, lanjutnya, bukan hanya soal menekan angka kelahiran, melainkan langkah preventif strategis agar anak-anak tumbuh optimal sejak dini. “Program KB bukan hanya alat pengendalian populasi, tapi juga sarana penting dalam menurunkan risiko stunting secara menyeluruh,” tegasnya.
Dalam acara tersebut, DP3AKB juga memaparkan upaya konkrit yang telah dilakukan, termasuk intervensi gizi berbasis pangan hewani. Sebanyak 1.446 keluarga yang teridentifikasi berisiko tinggi mengalami stunting telah menerima bantuan berupa ayam dan telur untuk meningkatkan asupan protein harian.
Bantuan ini merupakan bagian dari pendekatan gizi spesifik yang digagas oleh Pemprov Jabar, bekerja sama dengan berbagai sektor, mulai dari dinas pangan, kesehatan hingga instansi sosial. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen bersama dalam memutus rantai stunting dari hulu ke hilir.
“Program penurunan stunting menjadi prioritas nasional dan daerah. Oleh karena itu, diperlukan kerja nyata lintas sektor agar target penurunan hingga 2026 bisa tercapai,” ujar dr. Siska. Ia pun menekankan bahwa keterlibatan langsung di tingkat lapangan menjadi kunci sukses dari program ini.
Dalam upaya memperkuat pelaksanaan program KB dan pencegahan stunting, DP3AKB Jabar mengandalkan peran strategis Tim Penggerak PKK, khususnya Pokja IV. Kelompok ini memiliki cakupan kerja yang erat dengan enam indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Posyandu, termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan anak, dan kesejahteraan sosial.
Baca Juga: Kepala DP3AKB Jabar Dorong Kampung KB di Subang Naik Kelas Jadi Berkelanjutan
“Pokja IV ini adalah garda terdepan kami. Mereka bekerja langsung bersama masyarakat, menyampaikan informasi, serta menjadi penghubung antara program pemerintah dan kebutuhan keluarga di lapangan,” ucap Siska.
DP3AKB juga telah merancang sistem pembinaan menyeluruh untuk seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jawa Barat. Program ini melibatkan kader PKK sebagai agen perubahan, yang bertugas mengedukasi, mencatat, dan mendorong keluarga agar aktif dalam program-program kesehatan dan KB.
“Kami tidak hanya melakukan pendekatan di atas kertas. Tim kami akan turun langsung hingga ke tingkat kecamatan, bahkan desa, agar semua keluarga yang membutuhkan benar-benar terjangkau,” ujar Siska optimis.
Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa pendekatan partisipatif dengan melibatkan tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemuka agama juga terus dikembangkan. Hal ini penting untuk menciptakan perubahan perilaku secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Sebagai penutup, dr. Siska kembali menekankan bahwa keberhasilan menurunkan angka stunting tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja. “Kunci dari program ini adalah kolaborasi. Semua harus bersatu, dari pemerintah hingga masyarakat. Hanya dengan sinergi yang kuat kita bisa wujudkan Jawa Barat Istimewa yang benar-benar bebas dari stunting,” tandasnya.
Melalui strategi komprehensif dan integratif seperti ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan penurunan signifikan angka stunting dalam kurun waktu satu hingga dua tahun ke depan. Harapan besarnya, generasi mendatang di Jawa Barat dapat tumbuh sehat, kuat, dan cerdas—sebagai fondasi utama kemajuan daerah.***