Kamis, Oktober 10, 2024
BerandaBANDUNG RAYA3 Kemungkinan Penyebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung: Tanda Bencana Alam, Kekurangan...

3 Kemungkinan Penyebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung: Tanda Bencana Alam, Kekurangan Makanan, dan Kompetisi

LIPUTAN BANDUNG-Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, S.Si., menjelaskan bahwa terdapat tiga kemungkinan penyebab monyet ekor panjang berkeliaran atau turun ke permukiman warga di Kota Bandung pada Rabu (28/2/2024).

Hingga saat ini, kawanan monyet tersebut masih terlihat di permukiman warga Kota Bandung dan area lainnya, beralih dari genting, kabel, hingga masuk ke area luar rumah warga.

Menurut Ganjar Cahyadi, terdapat tiga kemungkinan penyebab monyet turun ke permukiman warga di Kota Bandung.

Baca Juga: Bencana Tanah Gerak, Diberlakukan Masa Tanggap Darurat 12 Hari di Cigombong Bandung Barat

“Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan adanya tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya,” ujarnya.

Jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.

Penyebab kedua mungkin hewan ini mencari makan ke tempat lain karena di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak.

Penyebab ketiga mungkin adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Ganjar Cahyadi mengatakan, hewan ini membentuk kelompok-kelompok, dan biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Jika penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya.

Baca Juga: MBA ITB Entrepreneurship Berikan Coaching Clinic Kepada UMKM Jabar 2024 Batch 11 di Amphi Theater 2 MBA ITB

Hal tersebut dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman.

Ketika monyet ekor panjang memasuki permukiman, Ganjar Cahyadi mengimbau warga agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan mereka, untuk menghindari perubahan perilaku yang mengancam manusia.

Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.

Ganjar Cahyadi juga menyatakan bahwa ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, mereka akan kembali lagi ke tempat asalnya.

Namun, untuk penyebab pastinya, perlu dilakukan pengecekan langsung. Ganjar Cahyadi pun sudah berdiskusi dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang menangani kasus tersebut dan saat ini tengah dilakukan pengecekan.

Jika terjadi situasi yang mengancam, Ganjar Cahyadi mengimbau warga agar melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait, salah satunya BBKSDA Jabar, untuk dapat ditangani.

RELATED ARTICLES

Most Popular