LIPUTAN BANDUNG- Meninggal Dunia di Atas Mimbar, Inilah Profil Ustaz Yahya Waloni: Dari Pendeta Jadi Dai Kontroversial
Kabar duka menyelimuti dunia dakwah Tanah Air. Ustaz Muhammad Yahya Waloni, pendakwah yang dikenal luas sebagai mualaf dan mantan pendeta, meninggal dunia secara mendadak saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Darul Falah, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/6/2025).
Peristiwa mengejutkan itu terjadi di tengah khotbah kedua. Setelah lantang menyuarakan pesan-pesan ketauhidan, Ustaz Yahya mendadak terduduk di atas mimbar dan tak sadarkan diri. Ia sempat dilarikan ke RS Bahagia yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari lokasi, namun tak tertolong.
Meninggalnya Ustaz Yahya Waloni sontak mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Kehadirannya yang selama ini dikenal kontroversial di dunia dakwah tetap meninggalkan jejak mendalam, baik di kalangan pengagumnya maupun pihak yang sering berbeda pandangan dengannya.
Istri almarhum, Fifil, mengungkapkan bahwa suaminya memang kerap mengeluh pusing dalam beberapa waktu terakhir.
Ia juga menyebut bahwa almarhum memiliki riwayat penyakit jantung bengkak. Namun sebelum wafat, Ustaz Yahya tidak menunjukkan tanda-tanda sakit serius.
“Sering mengeluh pusing. Tapi hari itu beliau terlihat semangat, bahkan sempat menjadi khatib salat Idul Adha pagi harinya,” ujar Fifil saat ditemui di Masjid Darul Falah.
Ketua Masjid Darul Falah, Syahruddin Usman, juga masih terpukul dengan kejadian itu.
Ia menyaksikan langsung detik-detik terakhir sang dai menyampaikan khutbah sebelum akhirnya terdiam dan ambruk.
“Kata terakhir yang beliau ucapkan adalah ‘Allahuakbar’. Setelah itu, tak bangun lagi,” ungkapnya lirih.
Kisah hidup Ustaz Yahya Waloni memang penuh warna. Sebelum menjadi dai Muslim, ia dikenal sebagai pendeta dan akademisi Kristen di Papua.
Keputusannya memeluk Islam bersama keluarganya pada tahun 2006 menjadi titik balik besar dalam perjalanan spiritualnya.
Ustaz Yahya Waloni mulai dikenal publik pada era 2010-an setelah aktif menyampaikan ceramah di berbagai daerah, khususnya dengan materi seputar perbandingan agama dan kisah hijrahnya dari Kristen ke Islam.
Gaya ceramahnya yang lantang, penuh semangat, dan kerap menyinggung isu-isu sensitif membuatnya cepat viral di media sosial maupun kanal YouTube.
Namun, tak jarang pula ceramah-ceramahnya menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai kalangan, terutama tokoh-tokoh lintas agama.
Bahkan, pada 2021 silam, ia sempat ditangkap oleh Bareskrim Polri atas dugaan ujaran kebencian terhadap agama tertentu, sebelum akhirnya dibebaskan setelah proses hukum berjalan.
Meski demikian, bagi para pengikut dan simpatisannya, Ustaz Yahya adalah sosok mualaf pejuang yang berani menyuarakan kebenaran versinya.
Ia juga dikenal tak pernah ragu membela Islam dalam berbagai diskusi publik. Sebagian menyebutnya sebagai pendakwah yang “berani beda”.
Selain sebagai dai, almarhum juga memiliki latar belakang akademik yang kuat.
Ia pernah menempuh pendidikan tinggi teologi dan sempat menjabat sebagai rektor di salah satu sekolah tinggi di Papua sebelum menjadi mualaf.
Setelah menjadi Muslim, ia juga aktif menulis buku dan menyampaikan materi keislaman di berbagai forum dakwah.
Kepergiannya yang mendadak di atas mimbar Jumat membuat banyak pihak merasa kehilangan.
Ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai tokoh Islam, jamaah masjid, hingga komunitas mualaf.
Tagar #YahyaWaloni sempat menjadi trending di media sosial, dengan ribuan unggahan mengenang kisah hidup dan perjuangannya.
“Allah memilih cara paling mulia untuk memanggil beliau. Wafat dalam keadaan berdakwah dan menyebut nama Allah adalah kematian yang dirindukan banyak orang beriman,” tulis akun @pengajian_pagi di Instagram.
Jenazah Ustaz Yahya Waloni disalatkan di Masjid Darul Falah dan dimakamkan di TPU Panaikang, Makassar, pada Jumat sore, diiringi ratusan pelayat.
Suasana haru menyelimuti prosesi pemakaman. Banyak jamaah yang hadir bahkan tak kuasa menahan tangis melihat tokoh panutan mereka dimakamkan.
Beberapa jamaah yang rutin mengikuti kajian beliau turut berbagi kesan.
“Beliau memang keras dalam menyampaikan ceramah, tapi niatnya selalu untuk membela Islam. Kami belajar banyak dari kisah hijrahnya,” ujar Irwan, salah satu jamaah asal Gowa yang sudah mengikuti kajian Ustaz Yahya sejak 2015.
Meninggalnya Ustaz Yahya Waloni menjadi pengingat bahwa kematian bisa datang kapan saja, bahkan saat seseorang sedang menyerukan kebaikan di atas mimbar.
Banyak yang menyebut cara wafat beliau adalah bentuk husnul khatimah yang istimewa.
Pesan terakhir Ustaz Yahya yang sempat terekam dalam khutbahnya adalah ajakan untuk terus menjaga akidah Islam.
Ia menegaskan pentingnya membentengi diri dari pengaruh luar dan memperkuat keimanan.
Pesan itu kini viral di media sosial sebagai bentuk “wasiat terakhir”.
Istri dan anak-anak almarhum menyampaikan terima kasih atas dukungan dan doa dari masyarakat.
Mereka berharap, meskipun penuh kontroversi, perjuangan dan semangat Ustaz Yahya dalam berdakwah dapat menjadi inspirasi untuk umat Muslim lainnya.
“Beliau selalu bilang, jangan takut menyampaikan kebenaran. Meskipun jalan dakwah tidak mudah, tetaplah berdiri di jalan Allah,” ujar Fifil, mengenang ucapan suaminya.
Kini, sosok Yahya Waloni telah tiada. Namun, jejak dan kiprah dakwahnya akan tetap hidup dalam ingatan para jamaah dan masyarakat yang mengenalnya.
Dari seorang pendeta menjadi pendakwah, kisah hidupnya akan terus dikenang sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang penuh dinamika.***